Rabu, 09 November 2016

EKSTRAKURIKULER SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT



EKSTRAKURIKULER SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT



Oleh : Agus Triono,S.Si*




Perilaku negatif anak jaman sekarang utamanya pelajar banyak dikeluhkan. Sebenarnya banyak hal yang mempengaruhinya, dari keluarga dan lingkungan pergaulan. Sekolah sebagai institusi pendidikan, dimana orang tua “menitipkan” anak-anaknya untuk dididik mempunyai peran yang penting untuk membentuk karakter positif pada anak.

Selain kegiatan akademik dalam hal ini adalah proses belajar mengajar dikelas, sarana lain yang bisa mendidik siswa adalah melalui kegiatan minat dan bakat. Kalau kegiatan belajar mengajar dikelas disebut intrakurikuler maka kegiatan pengembangan minat dan bakat disebut ekstrakurikuler. Umumnya kegiatan intrakurikuler mungkin terbatas waktunya, berlangsung kaku dan formal dikelas, meski kini pengembangan pengajaran sudah bervariasi dan juga pergantian kurikulum yang bertujuan untuk kebaikan pendidikan. Namun masih terjadi problematika didalamnya.

Untuk memperkuat dan juga bisa dijadikan alternatif pengembangan pendidikan dan penguatan karakter siswa, kegiatan ekstrakurikuler bisa diandalkan. Ekstrakurikuler berfungsi menampung dan mengembangkan minat dan bakat siswa. Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di masing-masing sekolah ada wajib dan pilihan. Untuk wajib misalnya  Pramuka sedangkan pilihan banyak sekali misalnya seni musik, teater, olahraga, PMR, Karya Ilmiah Remaja, Bahasa Inggris, Baca Tulis Al-Qur’an, Pecinta Alam, Jurnalistik dan sebagainya.     

Ada beberapa permasalahan yang kerap muncul dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara lain

(1) Pembina dalam hal ini guru kurang menguasai bidang ekstrakurikuler yang ditugaskan kepadanya,

(2) Pembina yang hanya formalitas saja dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler artinya tidak dari hati dan asal-asalan tanpa program yang jelas.

(3) Pembinaan atau latihan yang hanya dilakukan menjelang lomba atau kalau ada event saja.

Permasalahan yang sering muncul  tersebut bisa diatasi dengan beberapa solusi antara lain :

 (1) Masalah Pembina yang kurang menguasai bidang, seharusnya ditugasi guru yang memang menguasai atau sedikit paham bidang minat tersebut, kalau pun tak ada bisa dibantu pelatih dari luar untuk membantu pelaksanaan ekstrakurikuler.   

(2) Pembina yang asal-asalan dalam melaksanakan tugas pembinaan seharusnya disadarkan dan diberi pengertian oleh kepala sekolah bahwa ekstrakurikuler bukan cuma kegiatan sampingan dalam kegiatan sekolah, namun juga sebagai bagian integral dalam pendidikan.

(3)  Pada pembinaan yang bertujuan hanya dalam rangka menghadapi lomba, saya kira hasilnya pun tak akan maksimal. Hal ini wajar sebab dalam kurun waktu singkat siswa dijejali dengan materi dan latihan yang padat. Budaya instan juga melanda pada pembinaan minat bakat siswa. Sebuah prestasi yang ingin dicapai sebagai wujud salah satu keberhasilan pembinaan minat bakat siswa, tak dapat diraih dengan serta merta tetapi melalui sebuah proses.
Karena  pengembangan pendidikan tidak hanya pada kegiatan akademik semata namun juga  pengembangan minat dan bakat, maka sudah seharusnya kegiatan ekstrakurikuler tidak dipandang sebelah mata. Di kegiatan ekstrakurikuler lah sebagai wahana ekspresi siswa dan diharapkan juga bisa untuk meraih prestasi.

* penulis adalah Pembina Ekstrakurikuler Pramuka dan Pembina Ekstrakurikuler Seni Teater di SMP N 1 Mrebet, Purbalingga. Sering diundang untuk melatih Seni Sastra dan Teater di beberapa sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar