EKSTRAKURIKULER SEBAGAI WAHANA PENGEMBANGAN MINAT DAN BAKAT
Oleh
: Agus Triono,S.Si*
Perilaku negatif anak jaman sekarang utamanya pelajar banyak
dikeluhkan. Sebenarnya banyak hal yang mempengaruhinya, dari keluarga dan
lingkungan pergaulan. Sekolah sebagai institusi pendidikan, dimana orang tua
“menitipkan” anak-anaknya untuk dididik mempunyai peran yang penting untuk
membentuk karakter positif pada anak.
Selain kegiatan akademik dalam hal ini adalah proses
belajar mengajar dikelas, sarana lain yang bisa mendidik siswa adalah melalui
kegiatan minat dan bakat. Kalau kegiatan belajar mengajar dikelas disebut
intrakurikuler maka kegiatan pengembangan minat dan bakat disebut ekstrakurikuler.
Umumnya kegiatan intrakurikuler mungkin terbatas waktunya, berlangsung kaku dan
formal dikelas, meski kini pengembangan pengajaran sudah bervariasi dan juga pergantian
kurikulum yang bertujuan untuk kebaikan pendidikan. Namun masih terjadi problematika
didalamnya.
Untuk memperkuat dan juga bisa dijadikan alternatif pengembangan
pendidikan dan penguatan karakter siswa, kegiatan ekstrakurikuler bisa
diandalkan. Ekstrakurikuler berfungsi menampung dan mengembangkan minat dan
bakat siswa. Ada banyak kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan di masing-masing
sekolah ada wajib dan pilihan. Untuk wajib misalnya Pramuka sedangkan pilihan banyak sekali
misalnya seni musik, teater,
olahraga, PMR, Karya Ilmiah Remaja, Bahasa Inggris, Baca Tulis Al-Qur’an, Pecinta
Alam, Jurnalistik dan sebagainya.
Ada beberapa permasalahan yang kerap muncul dalam
pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler antara lain
(1) Pembina dalam hal ini guru kurang menguasai
bidang ekstrakurikuler yang ditugaskan kepadanya,
(2) Pembina yang hanya formalitas saja dalam
melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler artinya tidak dari hati dan asal-asalan
tanpa program yang jelas.
(3) Pembinaan atau latihan yang
hanya dilakukan menjelang lomba atau kalau ada event saja.
Permasalahan yang sering muncul tersebut bisa diatasi dengan beberapa solusi antara lain :
(1) Masalah Pembina yang
kurang menguasai bidang, seharusnya ditugasi guru yang memang menguasai atau
sedikit paham bidang minat tersebut, kalau pun tak ada bisa dibantu pelatih
dari luar untuk membantu pelaksanaan ekstrakurikuler.
(2) Pembina yang asal-asalan dalam melaksanakan
tugas pembinaan seharusnya disadarkan dan diberi pengertian oleh kepala sekolah
bahwa ekstrakurikuler bukan cuma kegiatan sampingan dalam kegiatan sekolah,
namun juga sebagai bagian integral dalam pendidikan.
(3) Pada
pembinaan yang bertujuan hanya dalam rangka menghadapi lomba, saya kira hasilnya
pun tak akan maksimal. Hal ini wajar sebab dalam kurun waktu singkat siswa
dijejali dengan materi dan latihan yang padat. Budaya instan juga melanda pada
pembinaan minat bakat siswa. Sebuah prestasi yang ingin dicapai sebagai wujud
salah satu keberhasilan pembinaan minat bakat siswa, tak dapat diraih dengan
serta merta tetapi melalui sebuah proses.
Karena pengembangan pendidikan tidak hanya pada
kegiatan akademik semata namun juga pengembangan minat dan bakat, maka sudah
seharusnya kegiatan ekstrakurikuler tidak dipandang sebelah mata. Di kegiatan
ekstrakurikuler lah sebagai wahana ekspresi siswa dan diharapkan juga bisa
untuk meraih prestasi.* penulis adalah Pembina Ekstrakurikuler Pramuka dan Pembina Ekstrakurikuler Seni Teater di SMP N 1 Mrebet, Purbalingga. Sering diundang untuk melatih Seni Sastra dan Teater di beberapa sekolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar